Nama: melia puspita s
NPM: E1I013009
#Ilmukelautan #Universitasbengkulu
Quis IV
SOAL
1. Buatlah dan jelaskan matriks kesesuaian untuk budidaya perikanan atau ekowisata!
2. Apa yang dimaksud dengan daya dukung?
jawab
ANALISIS EKOLOGI TELUK
CIKUNYINYI
UNTUK BUDIDAYA KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)
Keseluruhan stasiun penelitian memiliki
material dasar berupa lumpur. Seperti
diketahui material dasar perairan
merupakan variabel primer dalam
budidaya yang harus terpenuhi. Hal ini
diperkuat dengan pernyataan Waspada
dkk. (1995) yang mengatakan bahwa
syarat mutlak dalam menentukan atau
memilih lokasi budidaya kerapu macan
diperlukan beberapa persyaratan antara
lain perairan tersebut terlindung secara
alami oleh terumbu karang. Agar
aktivitas budidaya di Teluk cikunyinyi
dapat berjalan secara optimal dan
berkelanjutan, maka diperlukan suatu
usaha perekayasa lingkungan antara lain
340 Analisa Ekologi Teluk Cikunyinyi
© e-JRTBP Volume 3 No 1 Oktober 2014
berupa transplantasi terumbu karang.
Hal ini diperkirakan dapat
mengantisipasi faktor pembatas dalam
budidaya dan diharapkan merupakan
langkah yang paling tepat demi
tercapainya budidaya yang efektif dan
berkelanjutan. Parameter lain yang
merupakan variabel sekunder yaitu
nitrat dan fosfat juga memiliki penilaian
yang rendah jika mengacu pada sistem
penilaian untuk budidaya kerapu macan
. Analisis kualitas air dilaksanakan di Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan Air, Balai Besar
Pengembangan
Budidaya Laut Lampung
dengan menggunakan 8 lokasi sebagai lokasi
pengambilan sampel air. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
eksploratif. Sedangkan metode penentuan lokasi titik
pengambilan contoh
menggunakan metode purposive sampling. Analisis data
dalam penelitian ini
menggunakan metode matching dan skoring.
Hasil penelitian menunjukkan Teluk Cikunyinyi memiliki
tingkat kesesuaian disebut
sesuai marginal (marginally
suitable). Sesuai marginal
menunjukkan Teluk Cikunyinyi memerlukan
penanganan lebih lanjut jika ingin dijadikan lokasi
budidaya. Peubah primer berupa
material dasar
perairan diperkirakan tidak sesuai untuk perkembangan
budidaya kerapu macan. Peubah sekunder berupa
kandungan nitrat dan fosfat diperkirakan tidak sesuai untuk pertumbuhan kerapu macan. Rekayasa lingkungan Teluk Cikunyinyi diperlukan untuk mengurangi pengaruh keterbatasan peubah primer dan sekunder misalnya
dengan transplantasi terumbu
karang.
2. . Daya Dukung
Yang dimaksud dengan daya dukung adalah kemempuan atau kapasitas maksimum lingkungan yang dapat diberikan atau diakomodir dalam menunjang kehidupan makhluk hidup didalamnya secara optimum dan terus menerus tanpa menimbulkan penurunan nilai-nilai yang ada.
Faktor-faktor yang dapat menentukan daya dukung dalam mondisi baik atau tidak antara lain, adalah ketersediaan bahan baku dan energi, akumulasi limbah dari aktivitas produksi (termasuk manajemen limbahnya) dan tentu interaksi anata makhluk hidup yang ada di dalam lingkungan. dengan kata lain daya dukung harus mampu mencakup daya dukung lingkungan fisik, biologi dan persepsi atau psikologis.
Dalam upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup (pengelolaan) akan selalu ada kegiatan-kegiatan seperti kegiatan pemanfaatan (termasuk penataan dan pemeliharaan), pengendalian, pemulihan dan juga penambangan kawasan lingkungan. pembangunan berkelanjutan adalah upaya pelestarian yang paling baik, karena dalamprosesnya akan selalu memperhatikan daya dukung lingkungan sehingga dapat dijadikan modal pembangunan untuk generasi-generasi selanjutnya.
untuk itu, sebelum melakukan pengelolaan hendaknya ditentukan terlebih dahulu nilai dari daya dukung lingkungan yang menjadi targetnya. dalam penentuan daya dukung suatu kawasan perlu diperhatikan setidaknya tiga aspek utama, yaitu: ekologi, ekonomi, dan sosial. hal ini penting mengingat bahwa interaksi antara kegiatan pengelolaan dengan ekosistem dari kawasan tersebut akan tergambarkan dengan sangat kompleks, sehingga memerlukan pendekatan yang multidimensi.
REFERENSI:
Laut. Pusat Survey Sumberdaya
Alam Laut Bakosurtunal, Jakarta.
Departemen Kelautan dan Perikanan.
2005. Modul
Sosialisasi dan
Orientasi Penataan Ruang, Laut,
Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Ditjen Pesisir dan
Pulau-Pulau
Kecil. Direktorat Tata Ruang Laut, Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil, Jakarta.
Djarwanto dan P. Subagyo. 1990.
Statistik
Induktif. Penerbit BPFE.
Yogyakarta.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya
dan Lingkungan Perairan. PT.
Kanisius. Yogyakarta.
Evalawati., M. Meiyana dan
T.
W.
Aditya. 2001.
Modul Pembesaran
Kerapu Macan (Epinephelus
fuscogutattus) Dan Kerapu Tikus (Epinephelus altivelis) di Keramba
Jaring Apung. Departemen
Kelautan dan
Perikanan,
Direktorat Jendral
Perikanan
Budidaya, Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut
Lampung, Lampung.
Gerking, S. D. 1978.
Ecology of Freshwater Fish
Production. Blackwell Scientific. Victoria. Australia.
Hargreaves, John A.
1999. Control of Clay
Turbidity in Ponds.
Southern Regional Aquaculture Center
(SRAC), Publication
No.460.
Hartoko,
A.,
2000.
Modul Teknologi
Pemetaan Dinamis Sumberdaya
Ikan Kerapu
Macan Melalui Analisis Terpadu Karakter Oseanografi dan
Data
Satelit
Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan tentang Biota Laut.
Pusat Penelitian
dan
Pengembangan Oseanologi. LIPI, Jakarta.
Sediadi, A.
dan Sutomo.
1990.
Karakteristik Plankton di
Perairan Indonesia-LIPI. P. 121-
126.
Waspada, T.
Susilowati
dan S.

0 komentar:
Posting Komentar